sudah kuselipkan penatku pada rak bersama buku buku bisu yang membuatku menceracau hingga minggu minggu kelabu ini, lalu kucoba menyendiri, menjawab semua prediksi hujan di pagi tadi, juga mega hitam yang enggan menari sore kini,
lantas aku merayu senja untuk tetap bersahabat, dengan tubuh yang teramat berat. penat. Aku ingin bersandar…
kala melihat bunda tertawa,
ada kehangatan yang disampaikan di dalamnya,
kedamaian dan ketenangan juga hiasi pesonanya
malaikat malaikat dari surga pasti tersenyum juga
waauuw, sejenak tadi sedikit merenung tentang apa sebenarnya sedang terjadi dalam perjalananku, dan, sepertinya aku mulai mengerti apa yang coba Tuhan, Pelatih setiaku, ingin katakan…
beruntungnya aku, Tuhan sendiri yang turun tangan mengajariku, Baca lebih lanjut
Untuk Perempuan yang menyimpan Lembut Cahaya Bulan di Matanya
Mengenangmu, Perempuanku…
seperti berkelana jauh menjelajah bintang
memetik setiap noktah noktah cahayanya
yang membentuk wajahmu di rangka langit,
lalu melukiskannya kembali,
di kanvas hati, dengan lembut cahaya bulan
yang terbit dari indah matamu
Aku sudah lama mudah naik darah. Aku serba kuatir, mudah tersinggung dan egois sekali. Setiap orang mengatakan bahwa aku harus berubah. Dan setiap orang terus-menerus menekankan, betapa mudah aku menjadi marah.
Aku sakit hati terhadap mereka, biarpun sebetulnya aku menyetujui nasehat mereka. Aku memang ingin berubah, tetapi aku tidak berdaya untuk berubah, betapapun aku telah berusaha.
Aku merasa paling tersinggung ketika sahabat karibku juga mengatakan, bahwa aku mudah naik pitam. Ia juga terus-menerus mendesak supaya aku berubah. Aku mengakui bahwa ia benar, meskipun aku tidak bisa membencinya. Aku merasa sama sekali tak berdaya dan terpasung.
Engkau yang tersenyum dibalik rumput ilalang
menghalau jemariku untuk memetikmu
Mawar putih berseri suci,
namun ranum itu urungkan niatku…
Kupandangi senja saat mentari meninggalkan bumi,
dan terdiam membisu
teriakpun tak sanggup membuka hatimu
dan tak sanggup menggugurkan kharisma putihmu
ketika ku petik satu nada yang enggan bicara,
ia melayangkan satu lagu yang tak bermelodi
sumbang, ku tau itu…
ketika ku senandungkan suara yang tak mau berkata,
ia bisu tak punya bahasa
sendu, ku namai itu…
— siang ini, ketika Mentari tak menganggap Bulan disampingnya
Rembulan bersinar temaram malam ini
melihat sang Mentari tak peduli disampingnya…
wahai Mentari, adakah kilau Rembulan
yang mengapung indah di beranda matamu
adalah sebuah ruang renung untuk memahami lebih dalam
setiap desir luka, serpih tawa, isak tangis, jerit rindu dan keping kecewa
yang memantul pelan di dinding hatimu…?
Aku letih…
Mungkin itu yang coba Bulan perdengarkan
“Aku letih….
Dan Rembulanpun mendadak pucat
Saat sinarnya merasuk pelupuk cahayamu
Ada kabut melintas disana
ya, aku juga tau, hari ini awal puasa kan..??
haa, aku juga remaja kan, suka hal hal baru, yang mendasar..
jadi ingin tahu apa sich esensi bulan Ramadhan dan puasa itu..?
iseng ikut ngabuburit bareng temen temen, dan akhirnya bisa tanya tanya, apa esensi puasa itu…
kata mereka, bulan Ramadhan itu media untuk berlatih diri, menahan diri, mengontrol keinginan keinginan yang tak dapat selalu dipenuhi, dan puasa merupakan media untuk ikhlas menerima tertahannya keinginan itu, puasa yang paling baik ya puasa di bulan Ramadhan…
hmm, media berlatih ya..?? kok kedengarannya aneh ya…
AngananTyas Blog 