— siang ini, ketika Mentari tak menganggap Bulan disampingnya
Rembulan bersinar temaram malam ini
melihat sang Mentari tak peduli disampingnya…
wahai Mentari, adakah kilau Rembulan
yang mengapung indah di beranda matamu
adalah sebuah ruang renung untuk memahami lebih dalam
setiap desir luka, serpih tawa, isak tangis, jerit rindu dan keping kecewa
yang memantul pelan di dinding hatimu…?
kenangan yang terpahat rapi di sepanjang jejak waktu
tak ubahnya seperti gugusan awan di selarik cakrawala
yang berbaris disepanjang garis cahaya Mentari
serta kepak camar riang membelah langit
harapku, semoga, langkah pasti yang kau tapak kedepan
memberi makna di taman jiwa
bersama selaksa kembang dan kupu kupu bersayap elang
pada setiap dentang usia,
seraya melukis kisah kita di kanvas batin
dan kilau Rembulan di beranda matamu
yang membasuh perih, melerai gulita
senantiasa hadir
tanpa henti
di sepanjang kenang hidupmu
-kur-
masih galau sobat ?
salam kunjung balik sobat…
krim email ke email sya ya??
buat tmbah tmen..skalian siapa tau bsa share2 mslah tulis mnulis.
fu_15.playmaker@yahoo.co.id
aq tunggu email kmu..
thank’s
Adi : iya nih mas, risau mungkin… 😦
erneskai : makasih kunjung baliknya
ok ok, mohon bantuannya ya…
…menanti rembulan menaklukan mentari…gerhana matahari…hehehe
nice…post
salam knal
blognoerhikmat
ya, menanti Purnama yang terisak di pucuk malam…
salam kenal mas Budi 🙂